Senin, 10 Oktober 2011

SKETSA OKTOBER


Pintu itu masih terbuka lebar untukmu
Namun jika hatimu masih ingin bebas bercerita
Biarlah kau bermain dulu dengan imajimu yang berbeda jalan

Takkan habis sabarku menunggumu
Silahkan kau kembarai apa yang kamu mau
Aku masih menyimpan harap
Meski kau bersikeras menyalahi keputusanku
Hatiku takkan lumpuh
Kau sendiri yang bilang akan kembali menebarkan segenggam asa

Jika mau kembali
Cepatlah langkahkan kakimu keambang pintu ini
Jangan sampai aku lelah  dengan dinginnya sikapmu
Hatiku masih berinteraksi dengan rasamu sampai saat ini
Namun jika kau terlalu lama mengulur waktu
Itupun tak baik untukku

Maka yang kubutuhkan solusi yang terbaik
Dan jika hatimu tak peka terhadap rasaku
Lalu bagaimana?
Baiklah
Apapun itu akan aku terima
Satu yang PERLU KAU TAHU
jika kau patahkan kepercayaanku padamu
Bisa-bisa aku sekarat dan mati
Lahan kubur di pelupuk jantungku masih terbentang lebar
Namun Jika kau ingin matikan rasaku padamu sekarang
Bunuh saja semua harapku agar tempat mati itu terisi
BIAR TERKUBUR SEMUA!
Seperti yang telah kau gantungkan rasaku padamu
malam itu


SKETSA OKTOBER (TEMARAM SENJA)


SKETSA OKTOBER
(TEMARAM SENJA)

Kulihat bulan mulai menampakkan kharismanya
Ditemani bintang yang bergelantung dilangit senja
Selaksa sinar harap yang membelai sunyiku
Duduk santai sambil menyeduh secangkir bahagia

Namun perlahan sinar bulan terlihat samar dimataku
Ketika langkah gontai menyelinap diruang kontemplasiku
Sembari berusaha menajamkan pandangan
Kudengar desir angin lembut membisikan irama
Lama-lama terdengar sengau
Aku bergidik ngilu
Bayang-bayang tentangmu kembali menyeruak di tepian malam ini
Dingin merambat membekukan hatiku di sela pengharapan
Tiba-tiba sosokmu datang menyayat sesak di dadaku
Menumpahkan bahagia yang susah payah kusuguhkan

“Aku akan membunuhmu!”

Kulihat dimatamu api menyala menyibakkan luka yang tak berkesudahan
Aku bergeming pasrah meranah duka

Kenangan itu
Harapan itu

Semua terkoyak mati disinari temaram rembulan
Aku tergeletak berlumur nestapa
Kau telah menancapkan pedangmu tepat di luka lamaku
Menambah derita yang makin menganga

Oh malam…
Perlahan rembulan kini tampak redup
Lalu gelap menjelma menjadi kabut pekat
Samar-samar  bayangmu memudar  diraih cahaya bintang
Lalu hilang bersamaan dengan matinya rasaku, karenamu…