Jumat, 02 Oktober 2015

Rayuan Malam

“Kamu memang cantik, secantik namamu!” Kata-kata itu yang pertama kali kau lontarkan malam itu dengan malu-malu. Sedikit bergetar, tapi sesaat kemudian,kau tersenyum dan memalingkan muka. Aku terdiam. Tidak tahu lagi apapun yang akan aku katakan kepada makhluk yang satu ini. Udara bergerak lembut. Suaranya berdesir seperti darahku yang mengalir dari bilik jantung dengan degup yang kian memburu. Sekali lagi dia menatapku, lalu tangannya menggenggam tanganku. Oh Tuhan, tanganku yang dingin semakin beku oleh sentuhannya. Tetapi dalam hatiku api makin membara membakar tiap sistem saraf otakku. Seakan semua lumpuh. Makhluk ini datangnya dari mana , sih? Sampai hati aku luluh didekapannya. Wajahnya makin dekat dan lebih dekat lagi. Beberapa detik kemudian bibirnya telah mendarat di bibirku. Cepat sekali sampai aku tak kuasa menahannya. Kami saling berpagutan di alam terbuka. Kami tidak peduli beberapa makhluk memandangi kami berdua. Yang jelas tak ada seorangpun selain kami berdua di tempat itu. Entah apa yang ada dalam pikiranku. Lima menit kemudian aku telah terkuai lemas di bawah badannya yang menindihku. 
“Kita jadian yah, aku sayang kamu, Cantik.” Katanya lembut di depan bibirku persis. Akupun hanya diam seribu bahasa sambil memejamkan mata. Menikmati harum nafasnya dan merasakan kehangatan tubuhnya. Jantungku dan jantungnya makin berjibaku tak karuan. Dan entah malam yang keberapa kali aku selalu melakukannya dengan pria ini.
Tiga tahun sejak peristiwa malam itu, aku masih bersama dia. Pria tegap berusia duapuluh lima tahun itu seperti sudah menjadi kakak, sahabat, kekasih bahkan lebih dari itu semua. Aku tergila-gila padanya. Wanita sepertiku yang haus akan pujian, rayuan apapun selalu ampuh meluluhkanku. Pria bernama Sadam adalah orang pertama dengan sejuta lebih rayuan yang tiap malam mendarat di telingaku, hingga masuk ke relung hatiku. Sampai sekarang.


Yogyakarta, Oktober 2014

Tidak ada komentar:

Posting Komentar